Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendidik Bukan Sekedar Mendidik?!


Pendidikan menjadi pilar kokoh utama dalam mewujudkan cita-cita anak bangsa. Hal ini juga termaktub dalam UU Pendidikan. UU Pendidikan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). UU ini merupakan landasan hukum utama dalam pengelolaan pendidikan di Indonesia, dan mengatur berbagai aspek, termasuk tujuan, prinsip, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, serta hak dan kewajiban peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan pemerintah. 

Pendidik maupun tenaga pendidakan serta  kemampuannya berelaborasi dengan pemerintah tentunya akan menghantarkan peserta didik ke gerbang ke suksesan. Tentunnya, kesuksesan yang dimaksud bukan dalam lingkup akademik serta kemampuan kognitif anak, tetapi juga bertalian erat dengan pembentukan karakter peserta didik. 

Pembentukan karakter itu bukan hal yang mudah, dibutuhkan sentuhan tangan dingin pendidik, tenaga pendidikan, peran orang tua serta masyrakat dalam lingkungan pada umumnya. Peran – peran ini harus selaras dalam kehidupan nyata. Pembentunkan karakter bukan diawali dari siswa namun menjadi contoh utama adalah tenaga pendidik serta peran orang tua, maka yang paling utama adalah kesadaran para pendidik membangun kebiasaan baiknya mulai dari sopan santun, etika berbicara, ramah kepada peserta didik, tidak membentak siswa, mencari solusi atas persoalan yang dihadapi peserta didik bahkan meemukan solusi gaya belajar peserta didik. 

Gaya belajar siswa pun harus diidentifikasi sejak dini, jika tidak, sebagai pendidik terjebak dalam ruang kemarahan sehingga, menimbulkan kesan bahwa pendidik (guru suka marah-marah), untuk mengatasi persoalaan seperti ini, penulis teringat beberapa teori gardner dalam bukunya Multiple Intelegency, dalam buku tersebut bahwa peserta didik masing – masing mempunya kecerdasasan, tak semua harus dipaksa cerdas matematis sebab peserta didik beragam kecerdasan, kecerdasan itu meliputi, kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual, kecerdasan musical, kecerdasan linguistic verbal, kecerdasan spasial dan lain-lain.
 
Dilihat dari beberapa kecerdasan ini, maka pendidik (guru) tidak hanya berfokus pada satu kemampuan yang dimilik peserta didik, sebab mengajar bukan hanya melihat kemampuan logika tetapi sifatnya menyeluruh dalam berbagai genre kemampuan peserta didik. Setelah teridentifikasi kemampuan peserta didik, peran Pendidik Memilih tujuan dan metode yang tepat untuk menunjang gaya belajar siswa sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Demikan juga dengan gaya pembelajaran, sebaiknya lebih pada kontekstual bukan merujuk pada ujian tertulis semata tetapi harus dielaborasi dengan pengalaman lapangan, sehingga membuat peserta didik mengamati kinerja secara langsung, hal ini tentunya membuat peserta didik menyadari proses pengalaman belajar berkembang atau tidak.

Penulis, Kusnadiyanto Abas
Palu, 2 Mei 2025